Ninja Muslim: Februari 2010



Jangan Pernah Emosi

Minggu, 14 Februari 2010
IMAM HABIBIE di CYBER HALAQOH menulis tentang:

Berapa banyak website, atau blog, atau forum yang dibuat khusus untuk menghina/menghujat Islam?
Banyak... tak terhitung jumlahnya. Banyak juga "jebakan" website yang namanya berbau Islam, tetapi isinya justru menyesatkan.

JANGAN PERNAH emosi atau penasaran TERPANCING untuk membuka Situs, atau Blog, atau Forum yang menghina/menghujat Islam. Kalau ada teman yang memberi kita link URL yang menghina Islam, jangan pernah dibuka, beritahu si teman kita itu bahwa link URL itu adalah propaganda putar-balik.

Muslim yang gampang terpancing emosi adalah "mangsa empuk" bagi musuh Islam.
Bisnis internet, adalah bisnis "KLIK" tombol di ujung mouse pada computer yang ada di rumah, warnet, kantor di seluruh penjuru dunia.

Sebuah website memperoleh keuntungan dari sponsor yang memasang iklan pada halaman-halamannya. Sponsor akan membayarnya sesuai dengan BANYAKNYA JUMLAH "KLIK" yang mengakses website itu, bukan terhitung dari jumlah orang, tapi adalah jumlah akses masuk. Jadi kalau 1 orang mengakses website itu 5 kali, maka akan terhitung lima, bukan satu.

Ironisnya, orang-orang yang paling banyak mengakses website propaganda ini adalah muslim yang terpancing emosi dengan memberikan banyak komentar membela Islam di dalamnya (bahkan dengan kata-kata kotor), tanpa mengetahui adanya maksud tersembunyi.

Sumber:The Roots Of Madinah

KISAH PRIA BELANDA MASUK ISLAM

Sebelum masuk Islam ia bernama Peter. Setelah masuk Islam namanya diganti dengan Waleed. Nama keluarganya adalah Duisters.

Ia dibesarkan di keluarga Katolik. Namun ia tidak pernah merasa betah di agama ini. Saya percaya terhadap Sesuatu Yang Mahakuasa, katakanlah Tuhan, ungkapnya. Tapi bagi dia Tuhan itu bukanlah seorang pria berjenggot putih seperti terlihat di buku-buku Kristen.

Tuhan bagi saya, tambah Peter, bukanlah patung salib yang terbuat dari batu seperti yang terlihat di gereja.

"Saya tidak merasa sama sekali bahwa ini Tuhan saya, yang harus saya sembah," jelasnya.

Tidak percaya agama
Makanya saya tidak percaya sama agama sama sekali. "Agama adalah suatu hal yang tidak masuk akal. Agama itu tidak benar sama sekali," tandasnya.

Waktu berusia 19 tahun Waleed atau Peter banyak teman sekelas dengan orang Islam. Dan mereka sering berbicara soal agama mereka. "Dari satu segi saya tertarik juga dengan pembicaraan itu," katanya.

Suatu ketika kelasnya membahas soal agama. Banyak siswa yang mengatakan bahwa mereka percaya kepada sesuatu. Lalu ada seorang cewek Maroko dengan yakin mengatakan: "Saya percaya pada Allah." Pria Katolik ini terkesan dengan cara perempuan ini mengungkapkan hal tersebut.

Dari wajahnya tampak sekali bahwa perempuan Maroko ini benar-benar yakin akan kebenaran agamanya. Peter ingin tahu kenapa perempuan ini begitu yakin.

Saat itu Peter masih berpendapat, Islam agama tidak masuk akal. Ia pun mencoba menjelaskan kepada teman-teman muslimnya tentang ketidakbenaran Islam, berdasarkan pengalamannya dengan agama sendiri, yaitu Katolik.

"Agama saya, Katolik, tidak benar. Makanya agama kalian juga tidak benar," katanya ketika itu kepada teman-teman Islamnya.

Menghadiri pengajian
Karena begitu bersemangat ingin membuktikan kesalahan Islam, ia pun menghadiri sebuah pengajian yang membahas mukjizat dalam Al Quran. Bagi Peter pertemuan itu tak lebih dari semacam dagelan.

Pada suatu ketika ia ditugasi bersama seorang perempuan Maroko lain untuk menggeluti sebuah proyek mata pelajaran kemasyarakatan. Setelah berdiskusi panjang untuk memilih topik, akhirnya ia menyampaikan usul kepada temannya perempuan Maroko tadi: "Kenapa kita tidak pilih Islam sebagai topik?"

Serta merta temannya tidak percaya apakah usul Peter serius. Waleed, yang saat itu masih bernama Peter, memang ingin lebih banyak tahu tentang Islam supaya bisa berdebat dengan orang Islam. Akhirnya mereka setuju untuk memilih Islam sebagai topik.

"Bagi saya, ini adalah kesempatan untuk membawa Al Quran ke rumah untuk dibaca. Mula-mula kesan saya Al Quran buku yang aneh," tandas Waleed.

Memperdalam Islam
Tapi lama kelamaan Peter menemukan bahwa Al Quran banyak membahas ketuhanan agama Katolik. Dari satu segi, ia tidak percaya kebenaran Al Quran, tapi di segi lain ia mulai bertanya-tanya mungkin Islam agama yang benar.

Ia pun tambah giat memperdalam Islam. Dan akhirnya ia terpaksa mengaku bahwa ia mulai percaya pada Islam. Dan ujungnya ia pun menerima Islam sebagai agamanya. Dan sekarang nama lengkapnya adalah Waleed Duisters.

http://www.rnw.nl/id/bahasa-indonesia/article/kisah-pria-belanda-masuk-islam?quicktabs_1=2

Label: , ,

YAHUDI AS, PINDAH KE ISRAEL DAN MASUK ISLAM

Pada tahun 1998, Joseph Cohen seorang Yahudi Ortodoks kelahiran AS hijrah ke Israel karena keyakinannya yang sangat kuat pada ajaran Yudaisme. Ia kemudian tinggal di pemukiman Yahudi Gush Qatif di Gaza (Israel mundur dari wilayah Jalur Gaza pada tahun 2005).
Cohen tak pernah mengira bahwa kepindahannya ke Israel justru membawanya pada cahaya Islam. Setelah tiga tahun menetap di Gaza, Cohen memutuskan untuk menjadi seorang Muslim setelah ia bertemu dengan seorang syaikh asal Uni Emirat Arab dan berdiskusi tentang teologi dengan syaikh tersebut lewat internet. Setelah masuk Islam, Cohen mengganti namanya dengan nama Islam Yousef al-Khattab.
Tak lama setelah ia mengucapkan syahadat, istri dan empat anak Yousef mengikuti jejaknya menjadi Muslim. Sekarang, Yousef al-Khattab aktif berdakwah di kalangan orang-orang Yahudi, meski ia sendiri tidak diakui lagi oleh keluarganya yang tidak suka melihatnya masuk Islam.
"Saya sudah tidak lagi berhubungan dengan keluarga saya. Kita tidak boleh memutuskan hubungan kekeluargaan, tapi pihak keluarga saya adalah Yahudi dengan entitas ke-Yahudi-annya. Kami tidak punya pilihan lain, selain memutuskan kontak untuk saat ini. Kata-kata terakhir yang mereka lontarkan pada saya, mereka bilang saya barbar," tutur Yousef tentang hubungan dengan keluarganya sekarang.
Ia mengakui, berdakwah tentang Islam di kalangan orang-orang Yahudi bukan pekerjaan yang mudah. Menurutnya, yang pertama kali harus dilakukan dalam mengenalkan Islam adalah, bahwa hanya ada satu manhaj dalam Islam yaitu manhaj yang dibawa oleh Rasululullah saw yang kemudian diteruskan oleh para sahabat-sahabat dan penerusnya hingga sekarang.
"Cara yang paling baik untuk membuktikan bahwa Islam adalah agama untuk semua umat manusia adalah dengan memberikan penjelasan berdasarkan ayat-ayat al-Quran dan yang membedakan antara umat manusia adalah ketaqwaannya pada Allah semata," ujar Yousef.

"Islam bukan agama yang rasis. Kita punya bukti-bukti yang sangat kuat, firman Allah dan perkataan Rasulullah saw. Kita berjuang bukan untuk membenci kaum kafir. Kita berjuang hanya demi Allah semata, untuk melawan mereka yang ingin membunuh kita, yang menjajah tanah air kita, yang menyebarkan kemungkaran dan menyebarkan ideologi Barat di negara kita, misalnya ideologi demokrasi," sambung Yousef.

Ia mengatakan bahwa dasar ajaran agama Yahudi sangat berbeda dengan Islam. Perbedaan utamanya dalam masalah tauhid. Agama Yahudi, kata Yousef percaya pada perantara dan perantara mereka adalah para rabbi. Orang-orang Yahudi berdoa lewat perantaraan rabbi-rabbi mereka.

"Yudaisme adalah kepercayaan yang berbasiskan pada manusia. Berbeda dengan Islam, agama yang berbasis pada al-Quran dan Sunnah. Dan keyakinan pada Islam tidak akan pernah berubah, di semua masjid di seluruh dunia al-Quran yang kita dengarkan adalah al-Quran yang sama," ujar Yousef.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa Yahudisme di sisi lain berpatokan pada "tradisi oral" misalnya kitab Talmud yang disusun berdasarkan informasi dari mulut ke mulut yang kemudian dibukukan. Para rabbi sendiri, kata Yousef mengakui, bisa saja banyak hal yang sudah orang lupa sehingga keabsahan kitab tersebut bisa dipertanyakan.

Yousef mengungkapkan, kitab Taurat yang diyakini kaum Yahudi sekarang memiliki sebelas versi yang berbeda dan naskah-naskah Taurat itu bukan lagi naskah asli. "Alhamdulillah, Allah memberikan rahmat pada kita semua dengan agama yang mudah, di mana banyak orang yang bisa menghapal al-Quran dari generasi ke generasi. Allah memberkati kita semua dengan al-Quran," tukas Yousef. Meski demikian, ia meyakini dialog adalah cara terbaik dalam berdakwah terutama di kalangan Yahudi.

Ditanya tentang kelompok-kelompok Yahudi yang mengklaim anti-Zionis. Yousef menjawab bahwa secara pribadi maupun dari sisi religius, ia tidak percaya dengan Yahudi-Yahudi yang mengklaim anti-Zionis. "Dari sejarahnya saja, mereka adalah orang-orang yang selalu melanggar kesepakatan. Mereka membunuh para nabi, oleh sebab itu saya tidak pernah percaya pada mereka, meski Islam selalu menunjukkan sikap yang baik pada mereka," paparnya.

Yousef menegaskan bahwa pernyataannya itu bukan untuk membela orang-orang Palestina ataupun atas nama seorang Muslim. Pernyataan itu merupakan pendapat pribadinya. "Allah Maha Tahu," tandasnya.

Sebagai orang yang pernah tinggal di pemukiman Yahudi di wilayah Palestina, Yousef mengakui adanya diskriminasi yang dilakukan pemerintah Israel terhadap Muslim Palestina. Yousef sendiri pernah dipukul oleh tentara-tentara Israel meski tidak seburuk perlakuan tentara-tentara Zionis itu pada warga Palestina.

"Saya masih beruntung, penderitaan yang saya alami tidak seberat penderitaan saudara-saudara kita di Afghanistan yang berada dibawah penjajahan AS atau saudara-saudara kita yang berada di kamp penjara AS di Kuba (Guantanamo)," imbuhnya dengan rasa syukur.

Allah memberikan hidayah pada umatnya, kadang dengan cara yang tak terduga. Seperti yang dialami Cohen atau Yousef yang justru masuk Islam setelah pindah ke wilayah pendudukan Israel di Gaza. (ln/readingislam)

Label:

TENTARA KOREA MASUK ISLAM SEPULANG DARI IRAK

Rabu, 10 Februari 2010
Selasa, 12 Mei 2009

SEOUL - “Saya memutuskan memeluk Islam karena saya yakin Islam merupakan agama yang paling manusiawi dan damai dibandingkan agama lainnya, dan menjadi Muslim dapat menuntunku menuju perang lainnya, perang penyebarkan perdamaian,” kata seorang tentara Korea yang memutuskan memeluk Islam setelah kepulangannya dari perang Irak di kota Irbil.

Pada Jumat siang lalu, sebanyak 37 anggota Unit Zaitun, termasuk Letnan Son Hyeon-ju dari Pasukan Khusus Brigadir 11, menapakkan kaki mereka di Masjid Hannam-Dong, Seoul, dan mengucapkan sumpah mereka kepada Allah SWT.

Para tentara tersebut juga telah mensucikan tubuh mereka dengan cara Islam, lalu mengucapkan dua kalimat syahadat setelah sholat Jumat, dipandu seorang Imam Masjid tersebut.

Menaati perintah Imam, seluruh tentara Korea berbaris rapi dan di simbol bagaimana sama ratanya mereka di mata Allah, dan mulai membuat pernyataan.

Satu persatu mereka mulai menyatakan syahadat dalam bahasa Arab yang masih belum fasih:

“Saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.”

Pasukan unit Zaitun segera melaksanakan sholat setelah menyatakan diri menjadi seorang Muslim.

Kisah masuknya puluhan tentara Korea menjdi pemeluk Islam tersebut cukup menyita perhatian.

Ketika tiba di kota Irbil yang sebagian besar penduduknya adalah Muslim, para tentara Korea yang tidak beragama tersebut mendapatkan begitu banyak pencerahan dan mengaku menemui pencerahan paling berarti dalam hidup mereka.
Begitu mereka kembali ke tanah asal mereka, sebagian tentara merasakan keingintahuan yang besar terhadap Islam, dan memperdalam tentang agama mulia ini di Masjid Hannam-Dong.

Beberapa petugas Masjid mengatakan para tentara mengaku terinspirasi betapa pentingnya agama homogeny (percaya kepada Tuhan Esa, dan begitu menerimanya Islam, bahkan kepada mereka yang non-Muslim, dan kekaguman mereka terhadap Islam yang melarang menyakiti wanita, bahkan dalam perang sekalipun.

Salah seorang anggota unit Zaitun lainnya, Paek Seong-uk dari divisi 11 mengatakan, “Ketika saya membaca isi Al-Quran, saya merasakan ketertarikan yang besar terhadap Islam, dan memutuskan untuk memeluk Islam setelah kepulanganku ke tanah Korea.”

Dia juga menuturkan aspirasinya, “Jika nantinya saya kembali ke Irak, saya ingin berpartisipasi dengan masyarakat sekitar sehingga mereka dapat lebih merasa dekat sebagai saudara terhadap para tentara Korea, bukannya sebagai penjajah ataupun musuh, memberikan dukungan kemanusiaan terhadap mereka semua.”

Beberapa tahun sebelumnya, empat tentara AS yang sebelumnya menunaikan tugas di kota Fallujah juga menyatakan diri sebagai Islam setelah kepulangan mereka.

Salah seorang tentara bernama George Douglas, menuturkan bahwa selama berada di Irak, matanya benar-benar terbuka akan kebenaran Islam sebagai agama yang penuh cinta, kasih saying, serta pemaafan.

Dia menyatakan diri menjadi Islam, dan merubah namanya menjadi Mujahed Mohammad, menyatakan dia sangat kagum terhadap bangsa Arab yang membela mati-matian tanah mereka.
Sumber : SuaraMedia.com

http://ayah-razy.blogspot.com/2009/05/subhanallah-tentara-korea-masuk-islam.html

Label:

BILA GEREJA BELANDA BERMETAMORFOSIS JADI MASJID

Imam Abu Faqih II 10 Februari jam 16:45 Balas
Banyak gereja di Belanda yang beralih fungsi menjadi masjid dalam beberapa dekade ini. Salah satunya Gereja Immanuel yang menjadi Masjid Al Hikmah, Den Haag atau yang biasa disebut Masjid Indonesia.

Menurut seorang pengurus Masjid Al Hikmah, Rudy Ervan, gereja tersebut didirikan pada 1958. Bangunan gereja ini kemudian dibeli Probosutedjo, pengusaha terkenal asal Indonesia, seharga sekitar 1.350.000 golden.

"Waktu itu, ada dua gereja yang dijual, setelah diputuskan dan proposal kami disetujui, akhirnya jatuh pada Gereja Immanuel," jelas Rudy.

Oleh Probosoetedjo masjid tersebut kemudian diwakafkan kepada masyarakat Indonesia pada awal Juli 1996. Probosutedjo mewakafkan masjid ini atas nama kakaknya, Haris Sutjipto yang wafat di rumah sakit di Leiden, Belanda pada akhir tahun 1995.

Masjid Al Hikmah merupakan bangunan dua lantai yang mampu menampung sekitar 800 jamaah. Pada hari Jumat dan selama bulan Ramadan, biasanya jumlah jamaah bisa mencapai sekitar 400 orang.

Lantai dasar, digunakan untuk kegiatan remaja masjid Persatuan Pemuda Muslim se-Eropa (PPME) Den Haag, dan aktivitas pengajian lainnya, sementara lantai atas, dipergunakan untuk sholat.

Pada akhir pekan masjid ini biasanya menggelar kegiatan pengajian, Taman Pendidikan Alquran (TPA) dan buka puasa bersama yang diikuti muslim dari berbagai komunitas. Tak hanya muslim Indonesia, tapi juga Maroko, Turki, Somalia, dan Belanda.

Selain Gereja Immanuel, di sekitar kawasan centrum Den Haag, terdapat pula Synagoge, rumah ibadah Yahudi, yang berubah fungsi menjadi masjid.

Synagoge itu kini menjadi masjid yang dimanfaatkan oleh komunitas Turki.

Di Amsterdam terdapat sekitar lima gereja yang telah dialih fungsikan menjadi masjid setelah dibeli oleh masyarakat Turki dan Maroko.

Bahkan di beberapa wilayah, karena jumlah jamaahnya tidak tertampung lagi oleh masjid terdekat, takmir masjid akhirnya menyewa sebuah gedung.

"Kita terpaksa menyewa sebuah gedung yang berada di sebelah mesjid PPME Amsterdam karena jumlah jamaah yang melaksanakan sholat tarwih begitu banyak," jelas Aziz Balbaid, seorang pengurus masjid Persatuan Pemuda Muslim se Eropa (PPME) Amsterdam.

Selama Ramadan, katanya, jumlah jamaah yang melaksanakan salat tarwih di tempat itu mencapai sekitar 800 orang, sementara mesjid ini sendiri, hanya berkapasitas sekitar 200 orang.

"Itulah sebabnya, pengurus mesjid PPME Amsterdam bekerjasama dengan pihak kepolisian Belanda untuk melakukan pengamanan di sekitar kawasan mesjid karena jumlah jamaah yang sholat tarwih, begitu banyak," kata Aziz.

Bulan Ramadan kali ini, lanjutnya, merupakan tahun keempat dimana mesjid PPME Amsterdam kembali menghadirkan imam masjid dari Depok, Jawa Barat, Indonesia, Chairul Muttakim Abdullah.

"Mungkin karena pengaruh suara beliau dan resitasinya, sehingga mampu menyedot jumlah jamaah untuk melaksanakan sholat tarwih di masjid ini," jelasnya.

Jumlah masyarakat muslim di Belanda hingga 2008, telah mencapai sekitar enam persen dari penduduk Belanda yang mencapai sekitar 16.3 juta.

Muslim di Belanda mayoritas merupakan pendatang di negeri kincir angin, namun sebagian diantaranya ada pula yang mualaf dan karena pernikahan.

Diperkirakan jumlah masjid di Belanda mencapai sekitar 300 unit. Menurut Aziz, sejak 2007, pemerintah Belanda telah mengeluarkan aturan baru untuk tidak lagi menjual gereja-gereja yang kini banyak ditinggalkan para jemaatnya.

"Saya tidak tahu persis alasan pemerintah, tapi yang pasti, mereka sudah tidak mengizinkan lagi adanya jual beli gereja-gereja," jelasnya.

Pemerintah Belanda lanjutnya, lebih memilih untuk mengalihfungsikan gereja kosong itu menjadi perkantoran atau pemukiman warga. Sebab bila dijual, sudah dapat dipastikan, orang-orang Maroko atau Turki akan membelinya untuk kemudian dijadikan masjid.

Saat ini di Belanda masih ada beberapa gereja yang kosong dan hingga saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal.

Sebagian dari gereja-ereja yang kosong itu telah dihancurkan dan kemudian dibangun kembali menjadi rumah hunian bagi masyarakat Belanda.

"Tetapi tetap saja bekas bangunan gereja itu tampak terlalu kecil untuk dijadikan sebagai rumah hunian," ujar Aziz. (*)

http://ramadhan.antaranews.com/news/1576/bila-gereja-di-belanda-bermetamorfosis-menjadi-masjid

Label: ,

MENEMUKAN KEDAMAIAN ISLAM DIBALIK JILBAB DAN NIQAB

Selasa, 02 Februari 2010
Sara Bokker, dulunya adalah seorang model, aktris, aktivis dan instruktur fitness. Seperti umumnya gadis remaja Amerika yang tinggal di kota besar, Bokker menikmati kehidupan yang serba gemerlap. Ia pernah tinggal di Florida dan South Beach, Miami, yang dikenal sebagai tempat yang glamour di Amerika. Kehidupan Bokker ketika itu hanya terfokus pada bagaimana ia menjaga penampilannya agar menarik di mata orang banyak.

Setelah bertahun-tahun, Bokker mulai merasakan bahwa ia selama ini sudah menjadi budak mode. Dirinya menjadi "tawanan" penampilannya sendiri. Rasa ingin memuaskan ambisi dan kebahagian diri sendiri sudah mengungkungnya dalam kehidupan yang serba glamour. Bokker pun mulai mengalihkan kegiatannya dari pesta ke pesta dan alkohol ke meditasi, mengikuti aktivitas sosial dan mempelajari berbagai agama.

Sampai terjadilah serangan 11 September 2001, dimana seluruh Amerika bahkan diseluruh dunia mulai menyebut-nyebut Islam, nilai-nilai Islam dan budaya Islam, bahkan dikait-kaitkan dengan deklarasi "Perang Salib" yang dilontarkan pimpinan negara AS. Bokker pun mulai menaruh perhatian pada kata Islam.

"Pada titik itu, saya masih mengasosiasikan Islam dengan perempuan-perempuan yang hidup di tenda-tenda, pemukulan terhadap istri, harem dan dunia teroris. Sebagai seorang feminis dan aktivis, saya menginginkan dunia yang lebih baik bagi seluruh umat manusia," kata Bokker seperti dikutip dari Saudi Gazette.

Suatu hari, secara tak sengaja Bokker menemukan kita suci al-Quran, kitab suci yang selama ini pandang negatif oleh Barat. "Awalnya, saya tertarik dengan tampilan luar al-Quran dan saya mulai tergelitik membacanya untuk mengetahui tentang eksistensi, kehidupan, penciptaan dan hubungan antara Pencipta dan yang diciptakan. Saya menemukan al-Quran sangat menyentuh hati dan jiwa saya yang paling dalam, tanpa saya perlu menginterpretasikan atau menanyakannya pada pastor," sambung Bokker.

Akhirnya, Bokker benar-benar menemukan sebuah kebenaran, ia memeluk Islam dimana ia merasa hidup damai sebagai seorang Muslim yang taat. Setahun kemudian, ia menikah dengan seorang lelaki Muslim. Sejak mengucap dua kalimat syahdat Bokker mulai mengenakan busana Muslim lengkap dengan jilbabnya.

"Saya membeli gaun panjang yang bagus dan kerudung seperti layaknya busana Muslim dan saya berjalan di jalan dan lingkungan yang sama, dimana beberapa hari sebelumnya saya berjalan hanya dengan celana pendek, bikini atau pakaian kerja yang 'elegan'," tutur Bokker.

"Orang-orang yang saya jumpai tetap sama, tapi untuk pertama kalinya, saya benar-benar menjadi seorang perempuan. Saya merasa terlepas dari rantai yang membelenggu dan akhirnya menjadi orang yang bebas," Bokker menceritakan pengalaman pertamanya mengenakan busana seperti yang diajarkan dalam Islam.

Setelah mengenakan jilbab, Bokker mulai ingin tahu tentang Niqab. Ia pun bertanya pada suaminya apakah ia juga selayaknya mengenakan niqab (pakaian muslimah lengkap dengan cadarnya) atau cukup berjilbab saja. Suaminya menjawab, bahwa jilbab adalah kewajiban dalam Islam sedangkan niqab (cadar) bukan kewajiban.

Tapi satu setengah tahun kemudian, Bokker mengatakan pada suaminya bahwa ia ingin mengenakan niqab. "Alasan saya, saya merasa Allah akan lebih senang dan saya merasa lebih damai daripada cuma mengenakan jilbab saja," kata Bokker.

Sang suami mendukung keinginan istrinya mengenakan niqab dan membelikannya gaun panjang longgar berwarna hitam beserta cadarnya. Tak lama setelah ia mengenakan niqab, media massa banyak memberitakan pernyataan dari para politisi, pejabat Vatikan, kelompok aktivis kebebasan dan hak asasi manusia yang mengatakan bahwa niqab adalah penindasan terhadap perempuan, hambatan bagi integrasi sosial dan belakangan seorang pejabat Mesir menyebut jilbab sebagai "pertanda keterbelakangan."

"Saya melihatnya sebagai pernyataan yang sangat munafik. pemerintah dan kelompok-kelompok yang katanya memperjuangkan hak asasi manusia berlomba-lomba membela hak perempuan ketika ada pemerintah yang menerapkan kebijakan cara berbusana, tapi para 'pejuang kebebasan' itu bersikap sebaliknya ketika kaum perempuan kehilangan haknya di kantor atau sektor pendidikan hanya karena mereka ingin melakukan haknya mengenakan jilbab atau cadar," kritik Bokker.

"Sampai hari ini, saya tetap seorang feminis, tapi seorang feminis yang Muslim yang menyerukan pada para Muslimah untuk tetap menunaikan tanggung jawabnya dan memberikan dukungan penuh pada suami-suami mereka agar juga menjadi seorang Muslim yang baik. Membesarkan dan mendidik anak-anak mereka agar menjadi Muslim yang berkualitas sehingga mereka bisa menjadi penerang dan berguna bagi seluruh umat manusia."

"Menyerukan kaum perempuan untuk berbuat kebaikan dan menjauhkan kemunkaran, untuk menyebarkan kebaikan dan menentang kebatilan, untuk memperjuangkan hak berjilbab maupun bercadar serta berbagi pengalaman tentang jilbab dan cadar bagi Muslimah lainnya yang belum pernah mengenakannya," papar Bokker.

Ia mengungkapkan, banyak mengenal muslimah yang mengenakan cadar adalah kaum perempuan Barat yang menjadi mualaf. Beberapa diantaranya, kata Bokker, bahkan belum menikah. Sebagian ditentang oleh keluarga atau lingkungannya karena mengenakan cadar. "Tapi mengenakan cadar adalah pilihan pribadi dan tak seorang pun boleh menyerah atas pilihan pribadinya sendiri," tukas Bokker. (ln/Saudi Gazette/Isc)
ERAMUSLIM.COM

Label: , ,